Superman Vs Ant-Man

Haruskah belajar banyak bahasa pemrograman/framework? Tulisan berikut ini akan memberi sedikit pencerahan bagi anda yang sedang risau dengan pertanyaan tersebut.

Apakah Kita Perlu Menguasai Banyak Bahasa Pemrograman

Tulisan ini saya ambil dari Majalah PC Media Edisi Mei 2016 yang intinya bahwa kita, di Indonesia ini dituntut untuk menjadi Superman yang harus menguasai banyak skill sekaligus, meskipun diantara skill tersebut tidak sejalur.

Hal ini berbeda dengan kondisi di luar negeri dimana  hanya perlu menguasai skill spesifik, sehingga dapat fokus dan dapat menghasilkan sesuatu yang besar.

Saya teringat bahwa tokopedia.com dibangun menggunakan bahasa Perl, aneh? ya aneh memang, sebuah website yang biasanya dibangun menggunakan bahas PHP atau ASP, dibangun menggunakan Perl, alasannya? ya karena yang dikuasai bahasa Perl, simpel.

Disamping itu skill pemrograman di luar negeri lebih dihargai, artinya rata-rata penghasilan sebagai seorang programmer di luar negeri lebih tinggi dari pada di Indonesia, disamping juga itu tidak ada pembatasan  usia, menarik bukan?

Jadi mari kita tetap fokus dan spesifik

Berikut ini tulisan lengkapnya:

Ada pendapat bahwa di dunia medis, teknologi yang tersedia di rumah sakit di Indonesia tidak kalah dengan luar negeri, khususnya negara tetangga. Ada alat-alat canggih perawatan radioterapi untuk pasien tumor/kanker di beberapa rumah sakit di Indonesia. Namun, sebagian orang Indonesia tetap lebih memilih berobat keluar negeri karena meragukan SDM di Indonesia. Kita sering mendengar beberapa kasus kesalahan diagnosis di Indonesia dan akhirnya mendapatkan diagnosis yang benar di luar negeri. Jarang kita mendengar hal sebaliknya

Di luar pro dan kontra, hal ini mungkin mirip dengan pengembangan aplikasi. SDM kita memiliki tools dan bahasa pemrograman yang sama dengan yang digunakan di luar negeri, namun, jarang menghasilkan sesuatu yang besar. Katakanlah search engine lokal yang dapat dibanggakan. Berbeda dengan Jepang yang memiliki goo (www.goo.ne.jp), atau Cina yang bahkan memiliki banyak search engine seperti Baidu atau Sogou. Apa yang sebenarnya terjadi?

Mungkin banyak faktor terkait. Namun satu hal, rata-rata SDM teknologi informasi di Indonesia adalah Superman. Mungkin Anda mengenal programmer yang juga pandai merakit komputer, melakukan troubleshooting jaringan, desain Photoshop, dan mencapai puncak kesaktian saat sanggup membuat aplikasi website, desktop, dan mobile. Ia menguasai banyak bahasa pemrograman.

Kok, bisa? Iseng-iseng secara acak penulis mencari dan membandingkan lowongan pekerjaan PHP Web Programmer di Indonesia dan Hong Kong melalui JobsDB. Adapun requirement teknis yang dibutuhkan oleh perusahaan Indonesia, yaitu: PHP, jQuery, Ajax, Javascript, HTML, HTML5, CSS, C/C++, Framework (CodeIgniter, Smarty, DNN, dan lain-lain), Laravel, Node.js, Python.

Sungguh berat syarat tersebut untuk posisi yang disebut dengan PHP Web Programmer. Mengapa ia juga harus menguasai C/C++? Walaupun PHP memiliki kemiripan syntax dengan C/C++ namun menguasai PHP sekaligus C/C++ bukanlah hal mudah. Ditambah lagi harus menguasai Node.js yang sebenarnya dicanangkan sebagai pengganti PHP. Lalu menguasai Python? Jelas perlu ketekunan dan jam terang yang tinggi.

Bandingkan dengan requirement perusahaan Hong Kong, yaitu: PHP, MVC Framework (Zend), HTML5, CSS, Javascript, jQuery, Bootstrap & SQL, XML. Semuanya masih sejurus.

Lowongan pekerjaan yang pertama ibarat kata ditujukan untuk Superman, sementara yang kedua unntuk Ant-man. Superman memiliki banyak kemampuan. Secara singkat kita dapat menganggap Superman adalah gabungan Thor yang bisa terbang, Hulk yang mengandalkan power, Flash yang secepat kilat, dan Cyclops dengan sinar laser dari matanya. Namun, tidak ada yang benar-benar unik. Sebaliknya, ingat Ant-Man tentu ingat kemampuannya yang spesifik, yaitu mengecil sampai seukuran semut.

Maka, Superman di sini adalah sebuah gambaran, jangan mengharapkan karya yang spesifik dengan keahlian yang tidak spesifik.

Jika kebanyakan lowongan kerja di Indonesia seperti diatas, tidak heran jika lama-kelamaan dapat membuat “Hello World” di sebuah bahasa pemrograman sudah dianggap menguasainya. Repotnya lagi, requirement pekerjaan di luar negeri jadi terlihat lebih mudah dan kemungkinan dengan gaji yang lebih tinggi. Ini membuka peluang bagi programmer Indonesia yang ingin mencoba menjadi Ant-Man di luar negeri dibandingkan menjadi Superman di negeri sendiri. Ini berarti berkurang lagi SDM yang berpotensi di Indonesia.

Ciri lain lowongan kerja di Indonesia adalah menyertakan usia maksimal sebagai salah satu syarat. Di luar negeri, hal ini jarang terjadi. Tidak semata-mata untuk menghindari diskriminasi usia namun juga untuk membuka kesempatan lebih besar bagi calon yang memang kompeten. Efek domino dari pembatasan usia programmer adalah menimbulkan anggapan bahwa seorang programmer harus meninggalkan dunia pemrograman pada usia tertentu. Padahal tidak ada batas usia untuk berkreasi dan belajar dalam hal apapun, kecuali pikiran kita sendiri yang membatasinya.

Mungkin saja Superman vs Ant-Man tersebut juga ada dalam diri kita. Ingin mengejar dan menguasai banyak hal atau satu hal yang spesifik. Bagaimana dengan Anda?

Sumber: Majalah PC Media Edisi 05/2016

Subscibe Now

Suka dengan artikel di Jagowebdev.com? jangan sampai ketinggalan, segera join ke milis kami untuk update informasi terbaru dari Jagowebdev.com

Komitmen Kami: Kami senantiasa menghargai privasi Anda dan tidak akan membagikan identitas Anda ke pihak manapun.

6 Feedback dari pembaca

  • hahaha iyah jga yah. kebanyakan perusahaan juga banyak yang minta lihat ijazah, ipnya berapa. padahal kalo dilihat diluar negeri udah bisa bikin apa aja, contoh portfolionya mana. yah intinya harus harus terus belajar kalo mau jadi programmer yang handal

    • Betul mas, kalau diluar yang ditanya Bisa apa? bukan lulusan mana? memang harus terus belajar karena sekarang dunia semakin borderless, interaksi dalam dan luar negeri sudah semakin mudah.

  • tulisannya enak sekali dibaca, jika mindset orang memang mencari pekerjaan tentunya sudah harus memiliki beberapa skill agar menang dalam persaingan yang begitu marak, tapi bagi kalangan hobist tentu beda lagi, saya sendiri membuat blog aplikasi dengan python flask.
    Ada client meminta aplikasi ya saya buat dengan python, kalau mereka meminta dengan PHP misalnya, maka saya tolak karena diluar kemampuan saya

Silakan tinggalkan komentar

Newsletter

Jadilah yang pertama tahu berita terbaru dari Jagowebdev.com